Sebagian orang
berpendapat ,LDR adalah sebuah ujian ketahanan cinta. Memang pada
kenyataanya, LDR adalah ujian yang paling banyak dalam menggugurkan
peserta LDR.
Banyak cerita manis dari LDR yang berakhir di pelaminan, tapi
lebih banyak lagi kasus LDR yang berakhir di tengah jalan. Jika Anda sedang
berpikir untuk menjalani LDR,atau bahkan sedang menjalani Fase Hubungan seperti
ini ada baiknya beberapa info berikut Anda baca.
- Perbedaan ekspektasi-kenyataan.
Menurut statistik
penelitian yang pernah dilakukan terkait LDR, dari 60 pasangan yang menjalani
LDR hanya tersisa 18 pasangan saja yang melanjutkan hubungannaya setelah mereka
menyelesaikan ujian satu LDR ini. Hal ini disebabkan perbedaan ekspektasi
terhadap pasangan antara fase selama LDR dan fase setelah LDR. Misal ketika
LDR, pasangan terasa begitu perhatian dengan SMS perhatian mengingatkan makan
siang. Tapi ketika mereka bertemu secara fisik, perhatian itu tidak lagi sering
dilakukan ketika LDR dulu. Contoh lain, ketika LDR minim tatap muka langsung.
Ketika ketemuan secara fisik, “Kok dia ga sama dengan apa yang gw bayangin ya?
Kok sekarang dia agak berubah deh ga kayak dulu.”
- In-relationship rasa jomblo.
Menyandang predikat
“pacaran” berarti Anda memiliki sosok yang setidaknya terlihat sesekali
menemani Anda mengunjungi sebuah acara atau sekedar jalan-jalan santai. Ada
sosok untuk Anda pamerkan ke teman-teman Anda ketika hangout bareng. Ada sosok
yang menjadi tandem Anda untuk memamerkan kemesraan di depan umum. Ada sosok
yang menggandeng tangan Anda, yang menandakan Anda tidak lagi single. Dengan
kata lain, wujud fisiknya terlihat. Namun jika kondisi-kondisi tadi tidak
dipenuhi, apa bedanya Anda dengan seorang jomblo yang mengaku sudah memiliki
seorang kekasih?
- Hilangnya cita rasa sentuhan.
Sentuhan kasih sayang
dari orang yang kita cintai adalah sebuah dinamit yang siap meledakkan hormon
endorfin dalam otak kita, yang membuat kita merasa senang, nyaman, dan intim.
Dalam sebuah hubungan, sentuhan sangat begitu dibutuhkan sebagai pemupuk
keintiman. Jika faktor ini dieliminasi atau diminimalisir intensitasnya, tentu
saja tingkat keintiman hubungan akan menurun. Bisa jadi lebih renggang.
- Melelahkan
Dengan LDR, Anda tidak
bisa melihat dengan mata kepala Anda sendiri apakah pasangan Anda sedang
berbohong atau tidak. Maka pikiran Anda akan kerap disusupi kecurigaan bahwa
pasangan Anda sedang bersenang-senang dengan selingkuhannya. Anda menjadi
begitu sensitif akan masalah yang hadir, Anda semakin insecure.
- Pria visual, Wanita perasa.
Wanita kerap menyanggupi
LDR, karena mereka makhluk yang cenderung ke perasaan ketimbang visual, yang
hanya dengan mendengar suara pasangannya di ujung telepon sana dan imajinasi
serta angan-angan tentang pasangannya saja sudah setidaknya cukup mengguyur
dahaga rindunya. Tapi bagaimana dengan pria? Suara dan imajinasi tentang
pasangannya saja seakan tidak ada artinya tanpa kontak fisik langsung dan
kehadiran sang wanita secara visual.
- Cost & effort yang lebih besar.
Dapat dipastikan Anda
perlu mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk pulsa dan tiket demi bertemu si
dia. Kecuali Anda begitu tangguh menahan rindu setahun sekali untuk bertemu.
Dan besarnya biaya ini yang akan Anda keluhkan jumlahnya jika hubungan Anda
kandas nantinya.
Ingat, LDR bukanlah
trend yang akan bikin kamu jadi keren. LDR terjadi karena paksaan situasi dan
kondisi. Kalau masih ada yang bisa diajak untuk tidak LDR, kenapa harus ngotot
LDR?
Nah kalau yang ini kamu klik saja judulnya diatas.